Postingan

Telaah Buku: Usaha Berbasis Komunitas: dari Yogyakarta untuk Morotai

Kesenjangan ekonomi di berbagai daerah di Indonesia mirisnya masih sukar dikikis. Sebuah buku berjudul Usaha Berbasis Komunitas: dari Yogyakarta untuk Morotai yang merupakan tulisan dari hasil penelitian lapangan yang topiknya serupa ini, agaknya berusaha memberi gambaran bagaimana rentannya kesenjangan ekonomi di Maluku, khususnya di Morotai. Selain itu terlihat ada upaya penyelamatan dari peneliti untuk potensi kerentanan tersebut dengan membandingkan komunitas-komunitas ekonomi yang sedang up di Yogyakarta. Peneliti dalam buku tersebut, menggunakan metode penelitian yang mendukung   Morotai, dengan posisi strategisnya sebagai jalur perdagang dunia sekaligus sendi ekonomi regional, hendaknya tida lagi di lihat sekilas lalu mengabaikannya. Kawasan Ekonomi Khusus Morotai idealnya dibekali dengan Community-based Interprise (CBE) yang siap dan memiliki semangat dalam diri untuk memwujudan Morotai yang mandiri, bebas dari kesenjangan ekonomi yang begitu anjlok. Hasil dari penel...

Review: PERJALANAN MENEMUKAN JATI DIRI (Menelusuri Jejak Konflik Dan Landasan Rekonsiliasi Dalam Masyarakat Kei)

Pieter Elmas dalam bab berikutnya ini benar-benar mengupas bagaimana jati diri orang Kei sesungguhnya. Kemudian Pieter menemukan bahwa orang Kei telah memiliki harta karun paling berharga yang mestinya terus dijaga oleh pemiliknya. Harta karun tersebut ia sebut sebagai modal sosial. Modal sosial yang dipaparkan dalam tulisannya ini banyak sekali bentuknya namun secara umum berkaitan dengan adat orang Kei, contohnya komunitas dalam bahasa adat yang sama, hukum adat yang sama, struktur pemerintahan adat yang akomodatif, ikatan persaudaraan dalam hubungan marga, ikatan hubungan karena perkawinan, serta ikatan hubungan karena peristiwa sejarah.             Sesungguhnya orang Kei tidak akan benar-benar menumpahkan hidup matinya untuk berkonflik jika bukan disebabkan persolan kepemilikan tanah (baik wilayah petuanan, maupun laut) dan yang menyangkut kehormatan kaum perempuan. Hal ini berkaitan dengan pandangan hidup orang Kei tentang ...

Review: Kekayaan, Agama, dan Kekuasaan-Identitas (dalam) Konflik

Bagian kecil dari buku ini bercerita tentang segmentasi sosial yang menjadi benih konflik-konflik di masyarakat Kei. Segmentasi social yang telah mengakar diyakini sebagai akibat dari kepentingan politik para penjajah, baik Belanda maupun Jepang. Strutur masyrakat Kei dirusak dan dipecah belah menjadi beberapa kubu. Dimulai dari masa kolonial Belanda. Ketika itu tiga agama besar dunia; Islam, Katolik, dan Protestan mengilhami masyrakat Kei secara bersamaan dan masyarakat Kei pun menjadi terkotak-kotak. Liciknya, saat itu pemerintah kolonial lebih memihak pada kelompok masyarakat beragama Katolik dan Protestan, sedangkan kelompok masyarkat Islam terdiskriminasi pada berbagai aspek kehidupannya. Namun, setelah pemerintah kolonial Belanda runtuh, dan digantikan oleh pemerintahan Jepang, keadaan menjadi terbalik. Jepang memanfaatkan warisan adu domba Belanda tersebut dengan menjadikan kelompok masyarakat Muslim sebagai kelompok yang diutamakan. Upaya-upaya balas dendam dari kelompok Kato...

Review: Bat Batang Fitroa Fitnangan (Tata Guna Tanah & Laut Tradisional Kei) Oleh: J.P Rahail

Apresiasi saya sampaikan untuk J.P Rahail sebagai kepala adat Maur Ohoiwut di kecamatan Pulau Kei Besar, Kabupaten Maluku Tenggara yang telah sudi dengan usaha kerasnya dalam membukukan tradisi tata guna laut dan tanah tradisional Kei yang dahulu hanya diwariskan secara lisan dan turun-temurun. Mengingat pasti ada banyak distorsi dalam pewarisannya, maka pembukuan ini memang patut dibuat. Buku kecil yang berjudul Bat Batang Fitroa Fitnangan ini, sedikit banyak membuka mata hati pembacanya bahwa sistem hukum formal tidak selalu dapat menjadi solusi untuk menyelesaikan masalah lokal yang telah memegang erat sistem hukum adat tradisional, bahwa sistem hukum formal tidak selalu baik dalam pelestarian dan konservasi sumber daya alam, bahwa ternyata sistem hukum adat tradisional juga memiliki kelebihan dalam hal tersebut. Contohnya sasi , yang hingga saat ini menjadi salah satu unsur terpenting dalam mengolah tata guna lahan dan laut secara tradisional di Kei. Dilihat dari letak geogr...

Orang Waemale Terombang-Ambing dalam Arung Perubahan

Cerita tentang orang-orang Waemale, orang Rumahtita khususnya yang menjadi objek ilmu penegtahuan modern. Cerita tentang muak dan kesalnya orang-orang Waemale atas kelakuan para peneliti-peneliti yang datang meminta semua informasi tentang orang Waemale. Mereka dengan mudahnya memberikan janji-janji manis untuk kembali menyampaikan hasil penelitiannya, mengganti semua biaya yang telah dikeluaran seorang pak tua di Rumahtita, dan janji manis lainnya, namun apa yan terjadi adalah mereka tidak pernah kembali dan tidak mengganti rugi, seolah hanya mengeruk harta karun Waemale tanpa ada pertanggungjawaban. Orang Waemale adalah kelompok etnis asli Seram yang mendiami wilayah barat-tengan Maluku. Kelompok etnis terbesar di Seram. Waemale masuk dalam rumpun patasiwa. Sistem kepemimpinan orang Waemale yang sangat demokratis dan egaliter serta menjunjung tinggi komunalitas, akhirnya dirusak pula oleh pihak luar yang memiliki kepentingan terhadap orang Waemale. Orang luar tersebut adalah peme...

Relasi Menantu dan Mertua

Sering kita mendengar masalah ketidakakuran antara mertua perempuan dengan menantu perempuannya. Ada stereotip yang menggambaran bahwa mertua perempuan adalah kejam, garang, dan patut untuk dihati-hatikan. Namun sepertinya steriotip semacam ini dapat terpatahkan jika melihat keadaan di ‘lapangan’ bahwa tidak semua mertua perempuan kejam atau garang terhadap menantu perempuannya. Pun sebaliknya, tidak semua mertua laki-laki kejam, garang dan selalu menuntut manantu laki-laki. Nyatanya ada banyak hubungan antara menantu baik laki-laki maupun perempuan dengan mertuanya yang hangat dan harmonis. Beberapa pendapat mengatakan bahwa mungkin ada ketidaksiapan dan ketidakikhlasan dari pihak mertua perempuan atau mertua lali-laki untuk melepas anaknya, membiarkan anaknya dihidupi kehidupannya oleh orang lain. Pihak mertua menganggap bahwa anaknya adalah masih dan tetap menjadi anaknya. Ketidakbecusan pihak menantu untuk menghidupi anaknya mungkin juga menjadi fakor terjadinya konflik dan per...

Sumba dalam Pameran Foto dan Kainnya

Padang Rumput, Kuda, dan Sumba Rinduku pada Sumba adalah rindu padang-padang terbuka Di mana matahari turun bagai bola api, cuaca kering dan ternak melenguh Rinduku pada Sumba adalah rindu seribu ekor kuda Yang turun menggemuruh di kaki bukit-bukit yang jauh Begitu kiranya sepenggal bait akhir puisi milik Taufik Ismail yang dipajang di pojok kiri dari pintu masuk Gedung Bentara Budaya yang bentuknya hanya ruang kotak bak kubus. Diiringi dengan lagu-lagu khas Sumba yang terdengar seantero ruang pameran, suasana menjadi begitu Sumba ketika membaca seluruh bait puisi yang berjudul Beri Daku Sumba . Sekilas pandang, puisi Beri Daku Sumba yang diciptakan pada 1970 masih relevan dengan dengan keadaan Sumba saat ini. Elok nan permai. Persis seperti yang dituliskan di puisi, pameran persembahan dari Festival Sumba kali ini menyajikan foto lanskap padang savana Sumba nan hijau lengkap dengan kuda-kudanya yang gagah. Bukitnya berkelok-kelok, bergelombang, hijau setelah hujan. K...